Selasa, 17 Desember 2013

MATERI PERSEDIAAN BARANG



PERSEDIAAN


A.    PENGERTIAN
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan (Handoko, 1997, hal: 333).
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya. Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum, maka diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan. Tujuan dari pengawasan persediaan ini adalah (Assauri, 1998):
a.    Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b.    Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya yang timbul oleh persediaan tidak terlalu besar.
c.    Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan meningkatnya biaya pemesanan.



B.     Jenis persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a.    Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b.    Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c.    Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d.   Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e.    Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

C.     Fungsi – fungsi Persediaan
Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:

1.    Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.

2.    Fungsi “Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya – sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan “Lot Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).
3.    Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

D. Hal – Hal Yang Perlu Dipertimbangkan
1.    Struktur biaya persediaan.
a.    Biaya per unit (item cost)
b.    Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
-         Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
-         Biaya pengiriman pemesanan
  -         Biaya transportasi
  -         Biaya penerimaan (Receiving cost)
  -     Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c.    Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
  -   Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
          -   Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
  d.   Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
  e.    Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2.    Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN

Metode yang digunakan dalam pengelolaan persediaan adalah seperti yang tercantum dibawah ini. Namun yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah metode Economic Order Quantity ( EOQ ) dan Analisis ABC.
1.      METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
2.      METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS REVIEW SYSTEM)
3.      METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW SYSTEM)
4.      METODA HYBRID
5.      METODA ABC

1.    METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
Metoda Economic Order Quantity (EOQ) adalah metoda yang dapat dipergunakan baik untuk barang – barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang – barang yang dibeli, sedangkan ELS ( Economic Lot Size ) digunakan untuk barang – barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS, biaya pemesanan ( ordering cost ) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikrimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin – mesin ( setup cost ) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan  biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan. Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dalam bentuk grafik.




Model manajemen persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Ø  EOQ ( Economic Order Quantity )
 Ø ELS ( Economic Lot Size )

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D         :    Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S          :    Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C         :    Biaya per unit dalam rupiah per unit
i           :    Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan /tahun.
Q         :    Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC       :    Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.


v  Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
                  OC      = S (D/Q)
v  Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
                  CC       = ic (Q/2)

v  Maka, total biaya persediaan:
                  TC       = S (D/Q) + ic (Q/2)



Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan – anggapan berikut ini dipenuhi:
Ø Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik)
Ø Harga/unit produk konstan
Ø Biaya simpan/unit/th konstan
Ø Biaya pesan/order konstan
Ø Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/L) konstan
Ø Tidak terjadi kekurangan barang/back order

2.    METODA ABC  / ANALISIS ABC
Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan penerapan persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa ada "beberapa yang penting dan banyak yang sepele". Pemikiran yang mendasari prinsip ini adalah bagaimana memfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun sepele.
Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, dilakukan pengukuran permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Butir persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan yang jumlah nilai uang per tahunnya tinggi. Butir-butir persediaan semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari butir-butir persediaan total, tetapi mewakili 70% sampai 80% dari total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir-butir persediaan yang volume tahunannya (dalam nilai uang) sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya mewakili 30% dari keseluruhan persediaan dan 15% sampai 25% dari nilainya. Butir - butir persediaan yang volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5% dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan persediaan.
Kriteria selain volume tahunan dalam nilai uang dapat menentukan klasifikasi butir persediaan. Misalnya, perubahan teknis yang diantisipasi, masalah-masalah pengiriman, masalah-masalah mutu, atau biaya per unit yang tinggi dapat membawa butir persediaan yang menaik ke dalam klasifikasi yang lebih tinggi. Keuntungan pembagian butir-butir persediaan ke dalam kelas-kelas memungkinkan ditetapkannya kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC sebagai berikut:

1.    Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus
lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C.
2.    Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C. harus dikendalikan secara lebih ketat; mungkin karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi.
3.    Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada
meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain.
4.    Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan
pengurangan besar stok pengaman dapat dihasilkan oleh semua teknik manajemen persediaan semacam analisis ABC.

CONTOH KASUS
v  Model Economic Order Quantity
1)      Contoh Kasus 1
Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama 10 hari
Pertanyaan:
ú  Hitunglah EOQ
ú  Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut
ú  Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun
ú  Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
ú  Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)
ú  Bagan persediaan perusahaan
  • Jawab
  • EOQ =     2x150x10.000   = 2000 unit
                                    0.75
  • TC = HxQ/2 + S.D/Q   = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000)
                                                 = Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,-
  • Jumlah pemesanan/th = D/Q
                                                  = 10000/2000 = 5 kali
  • Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari
  • Reorder point = L. D/hari kerja setahun
                                      = 10 x (10000/350) = 285. 7 hari
2)      Contoh Kasus 2
Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000 unit per tahun. Biaya pesan $35/order. Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan suatu penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga potongan. Adapun syaratnya adalah sbb:
            Kuantitas pembelian               Harga
            4000 – 7999 unit                                 $1.80
            Lebih dari 8000 unit               $1.70
            Pertanyaan:
            Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian.
  • Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit
            Harga beli (C) = $1.70
            H = $1.70 x 0.2 = $0.34
            EOQ =   2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit       (tidak feasible)
                                    0.34
            TC = 100000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x (100000/8000)
                  = $ 171,795.5
  • Kuantitas pembelian 4000 – 7999 unit
            harga beli = $180
            H = $1.80 x 0.2 = $0.36
            EOQ =  2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit
                                    0.36
            TC = 100000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x (100000/4409.59)
                  = $181,587.5
Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena memiliki total biaya terkecil

Metode Penilaian Persediaan
Selain metode penentuan harga pokok persediaan seperti yang telah dibahas, juga terdapat metode penilaian persediaan yang bisa ditetapkan yaitu:
1.      Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
2.      Metode Taksiran terdiri dari :
a.       Metode Laba Kotor
b.      Metode Harga Eceran

1.        Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
Metode ini sering disebut dengan metode COMWIL ( Cost or Market price Whichever Is Lower).Seperti halnya dengan penilaian terhadap surat-surat berharga, dalam penilaian harga pokok persediaan ini bisa ditentukan atas dasar jenis persediaan, kelompok persediaan atau jumlah keseluruhan persediaan.Metode ini merupakan penyimpangan dari prinsip harga pokok yang biasanya digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok persediaan.

2.  Metode taksiran
 Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode laba kotor dan metode harga eceran.

a.       Metode Taksiran Laba Kotor

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya.
Alasan-alasan tersebut adalah :
Ø   Perusahaan menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek, dimana untuk melakukan penghitungan jumlah phisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu yang relatif lama.
Ø   Dalam hal terjadi kebakaran, pencurian atau becana alam yang mengakibatkan kerusakan atau musnahnya sebagian persediaan yang ada di gudang,sehingga bisa di tentukan besarnya harga pokok persediaan, baik yang tersisa atauun yang terbakar.
Harga Pokok Persediaan ditentukan berdasarkan prosentase laba kotor penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya. Prosentase laba kotor biasanya dihitung berdasar atas data laba kotor periode-periode sebelumnya.
Dalam metode ini diperlukan data-data mengenai hasil penjualan, persediaan awal, pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian dan potongan pembelian serta prosentase laba kotor.

            b. metode taksiran harga enceran
c.                                                              
Dalam metode ini menggunakan prosentase dari harga pokok barang yang dijual dengan harga jual barang yang tersedia untuk dijual. Dengan demikian disamping data mengenai harga pokok persediaan awal dan harga pokok barang yang dibeli, metode ini memerlukan data tentang harga jual dari persediaan awal dan barang yang dibeli.

PERSEDIAAN BARANG DAGANG

A.pengertian persediaan
Persediaan adalah barang yang dimiliki  untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).

Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.

Terdapat macam-macam persediaan barang:
  1. Barang yang tersedia untuk dijual ( barang dagang/barang jadi)
  2. Barang yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan )
  3. Barang yang akan digunakan untuk produksi barang­ barang jadi yang akan dijual ( bahan baku dan bahan pembantu ) dalam kegiatan normal perusahaan.
Sifat-sifat persediaan diantaranya; biasanya merupakan aktiva lancar dengan perputaran < 1 tahun, merupakan jumlah yang besar dan memiliki pengaruh besar terhadap perubahan neraca dan laporan laba rugi. Memperhatikan sifat persediaan maka pada akhir periode akuntansi selalu dilakukan pemeriksaan persedian dengan tujuan mencocokkan pencatatan dengan jumlah barang digudang, kegiatan ini kita kenal dengan istilah STOCK OPNAME.


METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

Metode pencatatan persediaan terkait  dengan asumsi (anggapan) yang dipergunakan untuk menentukan biaya dan urutan pengeluaran barang dagang. Metode pokok pencatatan barang dagang dibedakan sebagai berikut.



First in First Out (FIFO)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.

Metode ini menganggap bahwa barang – barang yang lebih dahulu masuk gudang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Penentuan harga pokok barang adalah barang yang pertama dibeli.

Last In First Out (LIFO)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.

Average
Metode ini menggap bahwa penentuan harga barang adalah rata – rata pembelian barang yang bereda waktunya.
a.       Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit                                         =        Total harga perunit pembelian
  Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir                     = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan             = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
            b. Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit                     =         Jumlah harga perunit x banyaknya unit
      Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir            = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan            = unit yang dikeluarkan x biaya perunit

Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.                  Sistem fisik (physical inventory system)
2.                  Sistem Perpetual (perpetual inventory system)

1.      Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:


Persediaan barang dagang pada awal periode                                                Rp. xxx
Pembelian                                Rp. xxx
Biaya angkut pembelian          Rp. xxx          
                                                            Rp. xxx
            Retur & pot. Pembelian        ( Rp. xxx )
            Pembelian bersih                                                                     Rp. xxx
            Barang tersedia untuk dijual                                                   Rp. xxx
            Persediaan akhir periode                                                       ( Rp. xxx )
            Harga pokok penjualan                                                           Rp. xxx

Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :

ü   Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu catatan tertentu.
ü   Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
ü   Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
  
2.      Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan

Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
ü   Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
ü   Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
ü   Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.

Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.



Sumber data :














3 komentar:

MATERI SKRIPSI mengatakan...

kalau tentang periodik review itu gimana ya kurang referensi nih yang stokastik dengan deterministik itu gimana???

MATERI SKRIPSI mengatakan...

kalau tentang periodik review itu gimana ya kurang referensi nih yang stokastik dengan deterministik itu gimana???

MATERI SKRIPSI mengatakan...

kalau tentang periodik review itu gimana ya kurang referensi nih yang stokastik dengan deterministik itu gimana???

Posting Komentar