Minggu, 20 April 2014

INDUSTRIALISASI NEGARA INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA

INDUSTRIALISASI NEGARA INDONESIA


Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industriIndustrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi  telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang paling dirasakan adalah semakin ketatnya persaingan di sektor industri yang menuntut design pembangunan industrialisasi yang mampu memberikan nilai tambah produk dari beragam sumber daya alam maupun non sumber daya alam.Pembangunan industrialisasi diyakini merupakan salah satu tahap perkembangan ekonomi yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan suatu bangsa, sekaligus  solusi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, karena industrialisasi sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial.Industrialisasi diyakini dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi  tingkat kemiskinan yang tinggi, jumlah pengangguran yang besar terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, dan proses pembangunan yang tidak merata antara kota dan desa.Peningkatan daya saing industri secara berkelanjutan dapat membentuk landasan ekonomi yang kuat berupa stabilitas ekonomi makro, iklim usaha dan investasi yang sehat sehingga dapat dijadikan salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor industri perlu diarahkan agar memiliki daya saing yang tinggi karena kuatnya struktur, tingginya peningkatan nilai tambah dan produktivitas di sepanjang rantai nilai produksi, dan dukungan dari seluruh sumber daya produktif.bagi Indonesia pembangunan sektor industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional jangka panjang.  Presiden RI  telah menekankan visi pembangunan industri, sebagaimana diatur di dalam Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN), yang intinya  bermuara pada upaya “Menjadikan Indonesia  sebagai  negara industri tangguh di dunia pada tahun 2025”. Visi tersebut selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 serta MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), utamanya dalam “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.Kita patut bersyukur,  dalam perjalanan panjang perjalanan pembangunan industrialisasi di Indonesia,  saat ini kita telah mencapai hasil yang cukup menggembirakan, meskipun harus diakui masih terdapat beberapa tantangan yang perlu  diatasi bersama guna mewujudkan visi tersebut. Dapat kita lihat pekembangan dari sector industry di Indonesia sebagai berikut:Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp2.770,3 triliun, naik Rp151,4 triliun dibandingkan tahun 2012 (Rp2.618,9 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2013 naik sebesar Rp854,6 triliun, yaitu dari Rp8.229,4 triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp9.084,0 triliun pada tahun 2013.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 persen, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,56 persen, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,56 persen, Sektor Jasa-jasa 5,46 persen, Sektor Pertanian 3,54 persen, dan SektorPertambangan dan Penggalian 1,34 persen.Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 persen dan 1,03 persen
pemerintah RI terus berupaya mengembangkan hilirisasi  yang bertujuan agar sumber daya alam dan non alam yang dimiliki Indonesia dapat diolah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi, hal ini dilakukan melalui Program 'Akselerasi Industrialisasi 2012-2014'. Percepatan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan nasional, hal ini bukan tanpa alasan mengingat besarnya potensi yang dimiliki antara lain untuk industri  berbasis agro, migas dan bahan tambang mineral.Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri sebagai implementasi Akselerasi Industrialisasi tersebut, telah  pula dikembangkan empat program prioritas utama pada tahun 2013, yang meliputi hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral, Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor, Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan Pemerataan dan penyebaran industri.komitmen pemerintah RI untuk memperbanyak industri pengolahan dan pemurnian minerba dalam negeri perlu mendapat dukungan penuh  seluruh pemangku kepentingan  baik pusat maupun daerah, mengingat ini merupakan langkah yang tepat, terutama industri smelter yang merupakan industri pioner, diantaranya smelter tembaga/emas, aluminium, nikel, besi, dan mineral yang lain.Pengembangan industri smelter bukanlah tanpa alasan, mengingat industri tersebut menghasilkan bahan baku untuk industri hilir dalam negeri, pengembangan industri smelter ini sangat diperlukan guna menekan ketergantungan impor bahan baku, dimana selama ini impor bahan baku untuk kebutuhan industri hilir mencapai 80 persen dari industri hilir yang ada di dalam negeri.Dengan percepatan hilirisasi industri dampak serius dari penurunan harga komoditas dapat ditekan dan mengurangi ketergantungan ekspor kita pada bahan baku//komoditas sehingga dapat  ditransformasikan  menjadi peningkatan ekspor produk manufaktur. Sikap optimistis perlu terus ditumbuhkan agar kita mampu mengatasi tantangan 2013 dan ketidakpastian ekonomi global, sehingga pekerjaan besar untuk melaksanakan pembangunan industri nasional dapat berjalan lancar.Kerja keras dan fokus perlu terus diupayakan agar target pertumbuhan dan peningkatan kontribusi sektor industri sebagaimana yang telah digariskan dapat dicapai dengan memberi perhatian khusus  terhadap peningkatan kualitas SDM melalui peran aktif menyukseskan program pendidikan formal mapun non-formal seperti balai latihan kerja (BLK) dan alih teknologi yang menjadi kata kunci suksesnya industrialisasi. Percepatan industrialisasi  perlu segera diwujudkan  sebagai strategi dan persiapan dalam rangka menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh ASEAN, terutama dalam kerangka integrasi ekonomi.
Perbandingan sektor industri  dan sektor pertanian
1.     Sektor pertanianSektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk. Program pembangunan sector pertanian meliputi program peningkatan produksi di kelima subsektornya, serta peningkatan pendapatan petani, perkebun, peternak dan nelayan. Program pembangunan tersebut ditunjang dengan program pembangunan sarana dan prasarananya seperti pengadaan dan pelancaran factor produksi, pengembangan jaringan irigasi dan jalan, kebijaksanaan tata niaga dan harga, serta penelitian. Dalam era PJP I sector pertanian merupakan prioritas pembangunan ekonomi. Pertumbuhannya rata-rata 3,6% per tahun. Kemajuan paling menonjol sector ini selama PJP I adalah dalam bidang produksi pangan, yakni keberhasilan mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Sebelumnya, bahan makanan pokok ini masih harus selalu diimpor. Bahkan pada tahun-tahun 1970-an Indonesia merupakan Negara pengimpor beras terbesar di dunia. Swasembada beras ini berdampak penting pada meningkatnya kualitas gizi, pendapatan masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional.Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk produk domestic bruto. Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sector industry pengolahan. Hal ini sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sector pertanian tidak berkembang, melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang masih bekerja di sector tersebut. Sampai dengan tahun 1992 saja tercatat lebih dari sebagian tenaga kerja kita bekerja pada sector ini. Tambahan pula kualitas sumber daya manusia yang bekerja di sector pertanian pada umumnya relative rendah, sehingga produktivitasnya rendah. Pada gilirannya, pendapatan mereka juga rendah. Dalam skala makro rendahnya produktivitas tenaga kerja suatu sector dapat diukur dengan membandingkan proporsi sector itu dalam menyerap tenaga kerja dan dalam menyumbang produksi atau pendapatan nasional. Pada tahun 1992, sector pertanian menyerap 53,69% tenaga kerja, sementara sumbangannya dalam membentuk PDB menurut harga yang berlaku sebesar 19,52%. Hal itu berarti setiap 1% tenaga kerja pertanian Indonesia hanya menyumbang sekitar 0,36% PDB. Sebagai bandingan: sector pertanian di negara- negara maju yang tergabung dalam G-7 hanya menyerap sekitar 2% tenaga kerja dan menyumbang 3% PDB. Dengan kata lain, setiap 1% tenaga kerja pertanian mereka menyumbang 1,5% PDB, atau hampir lima kali lipat produktivitas tenaga kerja pertanian kita.Menurunnya peranan sector pertanian di satu sisi dan meningkatnya peranan sector industry di sisi lain, menyiratkan telah terjadinya perubahan struktural dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi perubahan struktural itu sebenarnya masih belum mantap  karena baru merupakan perubahan dalam struktur pendapatan, belum diiringi dengan perubahan dalam struktur ketenagakerjaan. Akibatnya produktivitas antarsektor masih timpang. Demikian pula halnya dengan pendapatn perkapita antarsektor. Perubahan struktural (yang masih timpang) itu sendiri terjadi karena pembangunan ekonomi kita selama ini terlalu terfokus pada industrialisasi. Padahal kerangka  teori klasik dan hasil-hasil empiris oleh Bank Dunia memunjukkan bahwa keberhasilan industrialisasi selalu seiring dengan pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable) dan perbaikan produktivitas di sector pertanian. Jadi, apabila produktivitas sector pertanian tidak mengalami perbaikkan, maka bukan mustahil keberhasilan industrialisasi dalam pembangunan kita selama ini akan mengalami titik balik. Tanpa dukungan sector pertanian sebagai penyangga yang tangguh kemajuan sector industry akan mudah tersendat.2.     Sektor industryKeputusan Indonesia untuk membuat pertanian menjadi landasan perencanaan pembangunan negara memang tidak sejalan dengan kebijaksanaan konvensional. Di tengah penekanan pembangunan pertanian itu tentu saja pemerintah sadar sepenuhnya bahwa Indonesia tidak  bisa terus menerus bergantung pada pertanian untuk menjadi negara modern. Pada akhir decade enam puluhan, ketika pemerintah Orba meluncurkan rencana pembangunan ekonominya, sebagian besar literature dalam bidang ekonomi mengidentikkan pembangunan dengan industrilisasi. Hal ini terlihat lebih nyata lagi misalnya dalam penanaman negara yang sudah mencapai standar hidup yang tinggi bagi penduduknya sebagai negara industry. Meskipun Indonesia telah mengadopsi kebijakan yang mendahulukan pertanian, tim ekonomi negara tetap punya komitmen besar terhadap industrilisasi sebagai sebuah pilar bagi strategi pembangunan ekonomi negara. Mereka juga sadar bahwa program yang keliru untuk mencapai industrilisasi secara terburu-buru bisa menjadi boomerang yang menyebabkan disalokasi ekonomi, investasi terbuang percuma, dan penghamburan kekayaan negara yang langka.Bukti statistic dari zaman Soekarno terlalu sedikit dan masih kacau sehingga sukar untuk memperkirakan keadaan industrialisasi di Indonesia pada masa tersebut. Namun demikian, bukti yang tersedia mengisyaratkan bahwa pada masa permulaan Orba Indonesia termasuk Negara yang paling rendah tingkat industrialisasinya diantara negara-negara sedang berkembang yang besar.Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa.Di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.Untuk memajukan perekonomian indonesia perlu adanya penyeimbangan peran antara industri dan pertanian. Untuk mengurangi biaya tetap industri dalam pembelian bahan baku, sebaiknya industri tersebut membeli bahan baku dari petani lokal. Untuk itu petani (dengan bantuan perusahaan dan pemerintah setempat) perlu memperbaiki sistem pertanian untuk dapat menghasilkan hasil pertanian yang berkualitas tinggi untuk dapat diolah oleh industri menjadi barang jadi yang harga jualnya jauh lebih tingi daripada bahan mentahnya. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi mengekspor bahan mentah dan mengimpor barang mentah hasil ekspor yang telah berubah bentuk, namun langsung mengekspor barang jadi dan mengurangi impor barang jadi. Dengan begitu devisa indonesia dapat ditingkatkan.
Tugas Kelompok :Ayu Ismaini           (21213542)Chazanah Nurul I  (21213882)M. Daniel               (25213617)M. Fachrurrozi       ( 25213880)
Sumber :http://metabinasabila-meta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-perkembangan.htmlhttp://setkab.go.id/artikel-9801-.html
x